Jumat, 01 Februari 2013

MERAWAT ANGGREK SECARA MASSAL

Awali dengan Mengontrol Lingkungan
Tahukah Anda, kalau Indonesia merupakan salah satu negara dengan spesies anggrek bervarian? Ya, kurang lebih 5000 spesies jumlahnya. Namun banyaknya spesies anggrek di Tanah Air, tak diimbangi dengan pembudidayaann maksimal, sehingga pasokan anggrek dalam negeri minim. Itu terlihat dari sedikitnya orang yang bisa all out di dunia anggrek.
“Kebanyakan orang menyukai anggrek hanya pada saat berbunga. Setelah tanaman tak lagi mengeluarkan bunga, mereka memilih untuk tidak merawat,” kata Pembudidaya Anggek di Malang Jawa Timur (Jatim), Kabul.

Pantas, sedikit dijumpai pembudidaya anggrek di Indonesia. Rupanya, kini masyarakat hanya sebatas penikmat anggrek, bukan pecinta. Tak heran, jika spesies anggrek di Indonesia tak mengalami perkembangan.
Melihat jumlah spesies anggrek di Indonesia merupakan yang terbanyak kedua setelah Vietnam. Itu sudah seharusnya bisa jadi produsen anggrek dunia. Alasan klise tentang perawatan anggrek yang rumit, seakan jadi teka-teki misterius untuk dipecahkan, sehingga peluang untuk dijadikan prospek usaha pun sangat minim.
Namun hal itu dibantah oleh Kabul. Merawat anggrek tak seperti merawat bayi. Bahkan – kata Kabul – anggrek bisa jadi peluang bisnis yang menjanjikan. Mengingat, anggrek merupakan jenis tanaman yang berbunganya tak mengenal musim. Banyak orang yang menjulukinya sebagai bunga sepanjang masa. Memang benar adanya, karena kebutuhan pasokan bunga dunia juga melibatkan jenis anggrek. Terlebih, anggrek potong yang dimanfaatkan sebagai bunga rangkai.
“Malah saat ini, parcel tak lagi menggunakan makanan atau barang. Bunga pun bisa jadi alternatif. Pesona anggrek juga jadi salah satu pilihannya,” imbuh Kabul.
Melihat itu, apakah antara kebutuhan dan produksi anggrek di Tanah Air bisa berjalan seimbang? Bukan tak mungkin, Indonesia bisa jadi negara pemasok anggrek dunia. Tertarik untuk mengembangkan potensi alam satu ini? Berikut kisi-kisi yang bisa dijadikan landasan sebelum menerjuni dunia anggrek.

Ketahui Karakter

Ini merupakan hal mutlak untuk dilakukan sebelum menekuni budidaya anggrek. Caranya, dengan memperbanyak referensi tanaman setiap jenisnya. Mengingat, masing-masing jenis anggrek memiliki karakter berbeda. Itu bisa dilihat dari faktor lingkungan hidup ataupun keadaan fisiologis tanamannya.
Setiap jenis anggrek memiliki kelebihan dan kekurangan. Terlebih, jika harus pindah lingkungan hidup. Otomatis, tanaman akan berusaha untuk melakukan adaptasi dengan lingkungan baru. Sebab, anggrek habitat aslinya terdapat di hutan tropic. Jadi, sebenarnya bukan hal sulit dalam hal perawatan. Bahkan perlakuan yang terlalu berlebihan, membuat tanaman tak tumbuh dengan optimal.
Kontrol Lingkungan Tumbuh
Jika berbicara tentang budidaya, tentu akan berkaitan dengan jumlah massal. Tentu berbeda dengan cara merawat anggrek dalam jumlah sedikit. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat merawat anggrek dalam jumlah massal. Misalnya, kontrol lingkungan yang diterapkan untuk tanaman, yaitu kelembaban, pencahayaan, dan intensitas angin.
Untuk kelembaban, masih kata Kabul, usahakan agar tanaman tetap dalam kelembaban yang terjaga. Maksudnya, kelembaban efektif bagi anggrek adalah tak terlalu basah ataupun kering. Kelembaban ini bisa dilihat dari media tanam, dimana jika media dalam keadaan terlalu basah akan berdampak pada kebusukan akar.

Demikian halnya jika media terlalu kering, membuat tanaman dehidrasi (kekurangan mineral). Bisa dengan penyiraman yang dilakukan satu kali dalam dua hari ataupun spray untuk setiap hari. Teknik ini bisa dilakukan saat musim kemarau.

Dengan membasahi bagian shading net saat musim kemarau, dijadikan alternatif agar tanaman tetap ada dalam keadaan segar dan teduh. Sedangkan untuk musim hujan, sebaiknya intensitas penyiraman sedikit dikurangi. Itu dilakukan untuk menghindari tingkat kelembaban berlebih.
Selesai itu, teknik pencahayaan untuk anggrek pun perlu diperhatikan. Penggunaan shading net dan plastik ultraviolet (UV) bisa jadi alternatif untuk mengontrol kapasitas sinar matahari yang masuk. Usahakan untuk memberi jarak shading net dengan tanaman – antara 1-2 meter dari bagian atas tanaman. Itu untuk menghindari sengatan matahari yang masuk dan berkaitan dengan pertumbuhan anggrek secara keseluruhan.
Sama halnya dengan pengaturan intensitas angin. Boleh percaya atau tidak, pada dasarnya pertumbuhan anggrek tergantung pada kapasitas angin yang masuk dan menerpa tanaman, dimana angin yang terlalu kencang merupakan salah satu penyebab anggrek tak kunjung mengeluarkan bunga. Idealnya, intensitas angin yang masuk tidak terlalu kencang. Namun bukan juga berarti tanaman tak boleh terkena angin sama sekali.


“Sebaiknya angin yang masuk landai atau sepoi. Maka, penggunaan shading net di bagian tepi berfungsi sebagai penyaring jumlah angin yang masuk,” ujar Kabul.
Teknik Penempatan

Meski terdengar sepele, penempatan untuk tumbuhnya anggrek juga memberi pengaruh yang signifikan bagi perrtumbuhan anggrek. Terlebih, untuk penempatan anggrek dalam jumlah besar, tentu akan memakan banyak tempat. Ada beberapa alternatif dalam hal penempatan tanaman dan tak boleh dilakukan secara sembarang.

Pertama, dengan meletakkan anggrek di bawah (lantai/tanah). Bagi sebagian orang (khususnya yang mengerti kriteria hidup anggrek), cara pertama ini terbilang kontroversi. Alasannya, tingkat kelembabannya sangat tinggi dan akan mengganggu pertumbuhan anggrek. Mengingat, kebanyakan penempatan anggrek ada dalam keadaan digantung atau jauh dari tanah. Namun alasan ini bisa diminimalisir dengan tetap menempatkan tanaman di bawah yang sudah dilapisi plastic, sehingga kelembaban tetap terjaga.
Kedua, dengan membuat rak-rak yang bisa dibuat dengan model barisan rata atau bentuk piramida. Penting diperhatikan jika menggunakan rak model piramida, yaitu membentuknya dengan pola zig-zag, dimana antara rak sisi kanan dan kiri tak sejajar. Itu dilakukan agar sinar yang masuk bisa merata. Sedangkan untuk penempatan jenis anggrek, juga perlu diperhitungkan. Untuk anggrek jenis dendrobium, letakkan pada rak posisi paling atas. Rak tengah untuk jenis phalaenopsis dan vanda letakkan paling bawah. 

Melihat Perputaran Produksinya
Tak bisa dipungkiri kalau sebenarnya komoditas produksi bunga Tanah Air berlimpah ruah. Berdiri di hamparan tanah yang subur, jadi bukti Ibu Pertiwi ini memiliki keragaman hayati. Anggrek jadi contoh kecil dari berjuta-juta kekayaan floranya. Beribu-ribu spesies anggrek yang ada di Indonesia sudah lebih dari cukup untuk dijadikan modal negeri ini sebagai produsen anggrek dunia.
Dari data on-line Dirjen Hortikultura Indonesia tahun 2006-2007, permintaan bunga hias di pasar dunia cenderung meningkat setiap tahun. Meski saat ini negara produsen sekaligus pengekspor bunga hias masih didominasi oleh Belanda yang terkenal dengan bunga tulipnya, pengembangan agribisnis tanaman bunga hias sudah tersebar ke berbagai negara di belahan dunia, seperti Thailand, Singapura, India, dan Indonesia.
Seperti halnya negara-negara produsen bunga lainnya, Indonesia juga berpeluang besar dalam mengembangkan agribisnis sub sektor tanaman hias, baik untuk memenuhi permintaan dalam maupun luar negeri. Itu ditunjang dengan adanya kenyataan bahwa penggunaan bunga potong untuk berbagai keperluan dalam negeri masih mendominasi.
Bahkan di masa mendatang, diramalkan pertumbuhan tingkat permintaan bunga potong di Indonesia bakal meningkat 10% setiap tahun.
Daya serap dan permintaan bunga potong paling potensial adalah masyarakat di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Malang, Denpasar, dan dan Medan. Namun disayangkan, tingginya permintaan bunga tak dibarengi dengan jumlah penangkar anggrek saat ini. Jika diprosentase, Indonesia hanya memiliki sekitar 30% penangkar dari jumlah total spesies anggrek yang tersedia.
Memang ironis, jika Indonesia harus jadi produsen anggrek dunia untuk saat ini. Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk bersama mewujudkan cita-cita inilah yang jadi kendala dan dilema tersendiri. Namun tahukah Anda, kalau anggrek bisa jadi aset budidaya yang mendatangkan potensi? Percaya atau tidak, di balik keelokan bunga yang bisa dijumpai sepanjang musim ini, anggrek menyimpan peluang usaha menjanjikan. Ingin tahu perhitungan dengan menjadikan anggrek sebagai lahan bisnis dan sekaligus melestarikan spesiesnya?
Pra Produksi
Sebelum melangkah lebih jauh untuk menjadikan anggrek sebagai peluang usaha, hal yang berkaitan dengan kualitas produk sebaiknya perlu diperhatikan. Untuk membuat tampilan anggrek tampil prima dalam skala massal saat dijual sudah kita bahas di Tabloid Gallery edisi sebelumnya (edisi 18, red).
Intinya agar nilai jualnya tinggi, kualitas barang pun perlu diperhitungkan, baik itu dengan tujuan dijual dalam fase bibit ataupun tanaman sudah berbunga,” kata Penangkar dan Pebisnis Anggrek di Malang Jawa Timur (Jatim), Kabul.
Di dalam pengembangan komoditi tanaman anggrek, terdapat kendala-kendala yang menghambat keberhasilan secara umum, yaitu:
1. Untuk mendapatkan produk yang berkualitas harus terpenuhi teknologinya, yaitu mulai dari teknik budidaya, seperti penggunaan benih yang sehat, penanaman, pemeliharaan, penanganan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) sampai pasca panen.
2. Keterbatasan informasi pasar dan belum adanya kepastian harga (harga selalu berfluktuasi) terkadang menghambat perkembangan produksi dan luas areal.
3. Kurangnya modal yang tersedia serta perlu adanya pembinaan untuk lebih meningkatkan produksi sesuai dengan standar kualitas yang diinginkan pasar.
Dimana untuk perawatan dan budidaya anggrek juga telah dibahas di Tabloid Gallery edisi 18 lalu. Sehubungan dengan hal tersebut, untuk menjamin suplai komoditi tanaman anggrek, maka perlu dikembangkan sistem budidaya yang sehat sesuai agro ekosistem, seperti menanam dan merawat anggrek sebagai keperluan komersial, maka perlu mempertimbangkan segmentasi pasarnya.
Misalnya, untuk tujuan dalam skala kecil, menengah atau besar. Selain persiapan infra-struktur yang lengkap, seperti bibit, lahan bangunan, serta sarana dan prasarana penunjang lainnya – diperlukan juga orientasi yang jelas pada jenis produk yang akan diproduksi. Beberapa produk yang dihasilkan dari budidaya anggrek skala komersial antara lain bibit, anggrek dalam pot, dan anggrek untuk keperluan bunga potong.
“Untuk kebutuhan komersial alangkah baiknya dipilih jenis anggrek yang laku dan memiliki nilai tinggi di pasaran, seperti dendrobium, cattleya atau phalaenopsis,” ujar Kabul. [santi]
Analisis Budidaya Anggrek Massal
Setelah kita memahami karakter setiap anggrek yang hendak kita budidaya, barulah mulai memikirkan langkah perhitungan-perhitungan. Berikut perkiraan analisis budidaya bunga anggrek ala Kabul dari Malang (disini, kita menggunakan jenis dendrobium), yaitu:
Pengeluaran Panen Pertama
1. Sewa Lahan (luas 1,25 m x 12 m)/tahun Rp 2.000.000
2. Biaya Produksi
a. Bibit
 Bibit 8 botol @ x Rp 40.000 Rp 320.000
 Akar Pakis 5 ikat (42 lempeng/ikat) Rp 75.000
b. Perlengkapan
 Arang 80 kg @ Rp 1.250 Rp 100.000
 Pot ukuran 15 cm 400 bh x @ Rp 750 Rp 4.500.000
 Gandasil 2 pack @ x Rp 7.500 Rp 15.000
 Kerangka 1 unit bambu Rp 150.000
c. Pupuk
 Furadan Rp 20.000
 Azodrin 1 botol Rp 12.500
 Pupuk Urea 5 kg x @ Rp 2.000 Rp 10.000
 NPK 2,5 Kg x @ Rp 2.000 Rp 5.000 (+)
Total Biaya Produksi Rp 7.207.500
Pendapatan Panen Pertama
Untuk satu pohon atau pot bisa menghasilkan bunga sebanyak 2-3 tangkai bunga, dimana anggrek dalam pot mulai berbunga pada umur 3-5 bulan dan jadi bunga potong pada umur 6-7 bulan dengan masa panen optimal 4 kali setiap tahunnya. Pada panen ke 2-4 di atas umur 8 bulan, dalam satu tangkai bunga terdapat 10-15 kuntum bunga. Harga 1 kuntum bunga mencapai Rp 750 sampai Rp 1000.
 3 tangkai x 10 kuntum x 400 pot x Rp 750 Rp 9.000.000
Keuntungan Panen Pertama
Total Pendapatan Rp 9.000.000
Total Biaya Produksi Rp 7.207.500 (-)
Total Keuntungan Rp 1.792.500
Nah, perhitungan tersebut berlaku apabila menjualnya dalam bentuk kuntum bunganya saja. Itu berbeda jika alternatif penjualannya juga dilakukan ketika tanaman masih berada pada fase bibit. Terlebih, jika tampilan anggrek dijual dalam kondisi lengkap dengan batang dan pot bunganya. Tentu itu akan berdampak pada keuntungan yang berlipat. Hal ini dikarenakan harga satu pohon anggrek (dewasa berbunga) mulai dari Rp 50 ribu. Alternatif yang menguntungkan, bukan?




Tidak ada komentar:

Posting Komentar